
Banyaknya manfaat Air Susu Ibu (ASI) pada bayi memang tidak terbantahkan lagi. Namun jika ada yang menyebut ASI Ekslusif selama 6 bulan atau lebih bisa mencegah risiko eksem, penelitian terbaru membuktikan bahwa klaim itu berlebihan.
Anggapan bahwa ASI Eksklusif dapat mencegah eksem atau penyakit gatal-gatal di kulit pertama kali dimunculkan oleh pemerintah Inggris dan beberapa negara lain di Eropa. Dikatakan, bayi yang hanya disusui oleh ibunya selama kurang dari 4 bulan cenderung lebih rentan kena eksem.
Tanpa mengabaikan manfaat ASI yang lain, para ilmuwan dari King's College London mencoba membuktikan anggapan tersebut. Tidak tanggung-tanggung, penelitian berskala multinasional ini melibatkan 51.119 anak usia 8-12 tahun yang dijaring dari 21 negara di Eropa, Asia, Amerika Latin dan Afrika.
Selain menanyakan riwayat pemberian ASI pada para orangtua partisipan, peneliti juga melakukan pemeriksaan kulit dan tes alergi. Hal ini dilakukan untuk mendiagnosis adanya risiko untuk mengalamui eksem, untuk selanjutnya dibandingkan dengan riwayat ASI Eksklusifnya.
Hasil analisis menunjukkan, tidak ada keterkaitan yang signifikan antara durasi mendapatkan ASI Eksklusif dengan risiko terkena eksem. Pada partisipan yang hanya mendapat ASI selama 4 bulan atau kurang punya risiko yang sama dengan paritisipan yang mendapat ASI selama 6 bulan seperti yang dianjurkan organisasi kesehatan dunia atau WHO.
Dr Carsten Flohr, salah satu peneliti yang terlibat mengatakan panduan memberikan ASI Eksklusif yang dikeluarkan pemerintah Inggris perlu diganti agar tidak menyesatkan. Setidaknya, bagian yang mengatakan bahwa ASI bisa mencegah eksem perlu dihilangkan.
Terlepas dari valid atau tidaknya kesimpulan tersebut, pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan tetap wajib dilakukan. Kalaupun ternyata benar-benar tidak melindungi bayi dari eksem, paling tidak ASI tetap memiliki nutrisi lain yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan daya tahan bayi.
"Tidak diragukan lagi bahwa ASI adalah nutrisi terpenting pada masa-masa awal kehidupan seorang bayi. Penelitian kami tidak mengubah hal itu," ungkap Dr Flohr dalam tulisannya di British Journal of Dermatology, seperti dikutip dari Healthday, Kamis (25/8/2011).
Artikel Terkait
- Alternatif Sehat Bagi Si Kecil
- Melindungi Bayi Sebaiknya Tidak Ekstrim
- Bayi Prematur Punya Risiko Mati Lebih Tinggi Saat Remaja
- Kenali Gejala Pusing Pada Bayi
- Waspadai Hipertensi Pada Bayi
- Risiko Autis Bisa Dideteksi dari Kemampuan Motorik Bayi 7 Bulan
- Demam Saat Bayi Tumbuh Gigi Hanya Mitos
- Tes untuk Mengetahui Cacat Jantung Bawaan Pada Bayi
- Sleep Apnea, Apa Itu?
- Susah Buang Air Besar Pada Bayi
- Bayi Baru Lahir Bisa Bertahan 48 Jam Tanpa Menyusu
- Metabolisme Bayi Lebih Baik Berkat ASI
- ASI Sangat Bermanfaat Tapi Bukan untuk Mencegah Eksem
- Si Kecil Menggigit Saat Disusui?
- 1000 Hari Pertama sang Bayi Kunci Masa Depan Sepanjang Hidup
- Rahasia Dua Jari untuk Pencet ASI
- Ibu Menyusui Harus Dilindungi dari Gangguan-gangguan
- ASI Eksklusif Tidak Bisa Ditawar-tawar Lagi
- ASI Eksklusif Kelak Bikin Anak Pintar Matematika